Start-up memulai penayangan perdananya pada 17 Oktober 2020 lalu. Meski baru dua episode, tapi ceritanya sudah berhasil menyentuh hati penonton hingga meneteskan air mata. (Ayo angkat tangan siapa yang nangis. Aku sih yes, nangis segugukan malah hahaha).
Drama ini bercerita tentang seorang wanita yang bercita-cita menjadi seperti Steve Jobs, seorang pria jago matematika yang menjadi cinta pertamanya, dan seorang pria lain yang harus membuat pria itu terlihat luar biasa. Ribet yah sinopsisnya. Hehehehe....
Singkatnya ada adik-kakak, Seo Dal-mi (Bae Suzy) dan Won In-jae (Kang Han-na). Awalnya keluarga mereka ini keluarga harmonis. Mereka juga saudara yang saling sayang dan peduli satu sama lain. Tapi keadaan berubah ketika ayah mereka resign dari kantornya dan ingin mendirikan perusahaan rintisan alias start-up. Ibu mereka tidak terima. Kalau suaminya resign mereka harus cerai (kayaknya ibu mereka ini tipe yang tidak mau diajak susah hihihi...). Suaminya memilih resign dan terpaksa menceraikan istrinya. Si kakak, In-jae ikut dengan ibu mereka dan si adik, Dal-mi ikut dengan ayahnya. Ibu mereka menikah lagi dengan pria kaya raya. In-jae pun mengubah namanya dari Seo In-jae menjadi Won In-jae mengikuti marga ayah tirinya.
Dan kehidupan dua bersaudara ini pun bagai bumi dan langit. In-jae hidup dalam kemewahan. Tinggal dan kuliah di Amerika. Punya perusahaan sendiri. Tentu dengan sokongan modal dari ayah tirinya. Punya rumah, mobil, barang-barang branded. Sedangkan Dal-mi hidup pas-pasan, kantornya enggan menjadikannya karyawan tetap karena dia tidak lulus kuliah, hidup menumpang dengan neneknya, koleksi sepatunya hanya sneakers yang sudah usang. Ada high heels tapi haknya rusak dan harus dispidol biar tetap kelihatan bagus.
Setelah dewasa dua bersaudara ini bertemu kembali di Sandbox (tempat perusahaan start-up berkumpul). Melihat kondisi adiknya, In-jae blak-blakan bilang dia tidak menyesal ikut dengan ibu mereka. Dal-mi jelas tidak terima. Ia mau menunjukkan pada kakaknya bahwa pilihannya ikut ayah mereka tidak salah. Ia bahagia hidup bersama ayahnya. Ke depan, mereka akan bersaing dan menjadi rival di dunia start-up. Ada yang memang sudah punya modal dan ada yang merangkak dari bawah.
Nah, di antara kakak adik ini ada dua laki-laki si Nam Do-san (Nam Joo-hyuk) yang jago matematika dan Han Ji-pyeong (Kim Sun-hoo) yang jago investasi. Nam Do-san ini peraih medali olimpiade matematika termuda waktu sekolah. Sedangkan Han Ji-pyeong sudah pintar investasi lewat pasar saham. Karena sebatang kara dan tak punya tempat tinggal, nenek Dal-mi membolehkannya tinggal di toko miliknya.
Dal-mi terpukul setelah ditinggal kakaknya ke luar negeri. Bagi Dal-mi, In-jae tidak hanya kakak, tapi juga teman sehingga dia tidak punya teman lain. Neneknya menyuruh Ji-pyeong menulis surat untuk berteman dengan Dal-mi. Awalnya Ji-pyeong menolak tapi akhirnya dia mau juga. Surat itu ia tulis bukan atas namanya, tapi atas nama Nam Do-san yang dia comot dari berita di koran. Dal-mi percaya dengan kebohongan neneknya dan Ji-pyeong. Dia bisa melewati masa sulitnya berkat surat-surat dari Nam Do-san (sebenarnya sih Ji-pyeong). Parahnya, standar Dal-mi soal laki-laki jadi ketinggian. Patokannya si Nam Do-san yang pintar, sopan, dan bla bla bla. Pusing dah neneknya.
Masalah terjadi ketika In-jae menantang adiknya membawa Nam Do-san ke acara pesta relasi perusahaannya. Sebagai biang kerok, neneknya jelas pusing. Untung neneknya bertemu kembali dengan Ji-pyeong yang kini sudah sukses di dunia investasi. Untuk membalas budi dengan nenek Dal-mi, Ji-pyeong mau mencari Nam Do-san. Ketemu sih, tapi jauh dari ekspektasi si Dal-mi. Nam Do-san bersama dua temannya membuat perusahaan rintisan yang bergerak di bidang kecerdasan buatan, tapi gak sukses-sukses karena tidak ada investor.
Agar imajinasi Dal-mi tidak hancur, Ji-pyeong "menyulap" Nam Do-san menjadi seperti yang ada di imajinasi Dal-mi selama ini. Ia meminjamkan mobilnya dan semua hal yang bisa membuat Dal-mi percaya Nam Do-san memang sudah sukses.
Sumpah drama ini recommended. Episode awal saja sudah bikin mewek. Setidaknya ada empat scene yang menyentuh hati penonton.
1. Dal-mi selalu mendukung ayahnya
Setelah ayah dan ibunya bercerai, Dal-mi menemani ayahnya dari satu tempat ke tempat lain untuk memaparkan idenya mengenai perusahaan start-up impiannya. Ayahnya akhir bertemu seorang investor yang mau berinvestasi. Usai memaparkan idenya di depan calon investor, dia menelepon Dal-mi dan berkata dirinya pasti akan sukses. Dengan menangis Dal-mi mengatakan percaya ayahnya akan sukses. Ayahnya lantas bertanya kenapa Dal-mi malah menangis. Ia menangis karena ingin makan ayam goreng. Sambil mengusap air matanya, ayah Dal-mi berkata jika hanya ayam goreng, dia masih punya uang untuk membelikan putrinya.
2. Nenek Dal-mi membelikan Ji-pyeong sepatu
Ji-pyeong kecil salah paham pada nenek Dal-mi. Ia mengira nenek mengambil uang hasilnya berinvestasi di pasar saham. Dia lalu memutuskan pergi ke Seoul. Nenek Dalmi ternyata menyusulnya ke terminal bus dan memberikannya sepasang sepatu. Ji-pyeong berkata ia akan membalas semua kebaikan nenek Dal-mi dengan uang yang didapatnya dari investasi saham, namun tanpa diduga nenek Dal-mi berkata jika Ji-pyeong sukses jangan datang mencarinya. Ji-pyeong boleh mencarinya jika kesusahan dan tak punya tempat tinggal.
3. Ayah Nam Do-san mengumpulkan kliping koran untuk putranya
Ayah Nam Do-san mengunjungi putranya di kantornya dan mengancam akan mencabut investasinya. Dia sudah banyak kehilangan uang untuk berinvestasi pada Do-san, namun belum juga membuahkan hasil. Do-san berkata ia tengah membuat perusahaan rintisan di bidang kecerdasan buatan. Meski marah, sepulang ke rumah ayah langsung mencari berita-berita tentang bantuan perusahaan start-up di bidang kecerdasan buatan dan menjadikannya kliping. Nam Do-san pulang dan mendapati kliping ada di atas meja di kamarnya.
4. Dal-mi tidak mau kalah dari kakaknya
In-jae menantang Dal-mi membawa Nam Do-san ke pesta relasi perusahaannya. Neneknya berkata sebaiknya Dal-mi mengalah dari kakaknya. Dal-mi tidak mau kalah dari kakaknya karena ia tidak ingin terlihat seperti menyesali keputusannya ikut dengan ayahnya. Dengaan mata berkaca-kaca dia berkata pada neneknya bahwa dia bahagia tingggal bersama ayahnya.