|
Nonton DAYS ini memang harus fokus yeorobun. Dialognya banyak bermain metafora. Saya berkali-kali harus mengulang scene tertentu untuk bisa mengerti apa yang ingin disampaikan penulis. Pokoknya berasa lagi ngambil mata kuliah sastra, deh. Dan ketika ngeh maksudnya apa. Wow...it's so deep! Menyentak sekaligus menyentuh hingga ke relung hati yang paling dalam. Duh, berasa sudah jadi anak sastra.
"Ini drama apaan, sih sebenarnya? Kok ceritanya begini? Pantas ratingnya begitu-begitu saja."
Saya sempat mencibir. Tapi di balik keabsurdan drama ini ternyata pesannya simple. Ngajak kita untuk hidup bahagia, guys! Apa pun yang terjadi, bahagialah. Tersenyumlah. Hadapi takdir kita. Hari ini kita menderita, tapi percayalah Tuhan akan menggantinya dengan sesuatu yang indah. Kira-kira seperti itulah pesannya.
Tak Dong-kyung, tokoh kita di sini yatim piatu sejak kecil. Dia dan adiknya lalu dibesarkan oleh bibinya, saudara kembar ibunya.
Dari luar Dong-kyung terlihat seperti anak yang tabah dan kuat, tapi sebenarnya ia juga rapuh. Ia terlihat tegar karena terbiasa menyimpan kesedihannya sendiri dan tidak mau berbagi rasa sakit dengan orang terdekatnya.
Ia takut menjadi beban. Karena itu ia diam-diam suka menangis sendiri, berharap ada orang tahu isi hatinya tanpa harus ia utarakan. Awww so hurt. I know that feeling, Girl.
Tapi yah gak bakal ada yang tahu perasaan kita kalau gak cerita sama orang lain, atau mungkin diumbar di medsos kayak tren saat ini sampai satu kelurahan tahu masalah hidup kita. Hehehe....
Suatu hari dokter memvonis Dong-kyung mengidap tumor otak. Stadium akhir lagi. Dan umurnya sisa 100 hari.
Siapa yang tidak frustasi dan putus asa coba. "Kenapa harus saya, Tuhan?? Apa tidak cukup yatim piatu dari kecil? Apa saya harus mati muda setelah semua penderitaan yang saya lalui! Harusnya beri saya sedikit kebahagiaan sebelum Engkau mencabut nyawaku!"
Itu gak ada di dialognya, tapi mungkin seperti itulah kalau sorot kesedihan di mata Dong-kyung diterjemahkan ke dalam kata-kata. Asyikkk...
Ketika Dong-kyung melihat bintang jatuh ia akhirnya make a wish. Bukan minta duit triliunan. Bukan juga minta umur panjang hingga 100 tahun. Ia minta agar dunia hancur saja!
Dan permohonannya itu didengar oleh Myulmang, si kehancuran itu sendiri. Myulmang dalam bahasa Korea artinya hancur atau kehancuran.
Ia bukan manusia. Ia hanya berwujud pria tampan yang tidak butuh makan, minum, maupun tidur--mengklaim dirinya tidak punya perasaan dan doyan menghukum orang-orang jahat serta suka membuat kehancuran di muka bumi seperti namanya--akhirnya mengetuk pintu rumah Dong-kyung.
Ia penasaran seperti apa wujud manusia yang meminta dunia hancur. Ehhh, pas didatangi, Dong-kyung mengelak. Katanya ia tidak pernah membuat permohonan seperti itu. Hahahah....
Akhirnya mereka buat kontrak. Myulmang akan membuat Dong-Kyung tak merasakan sakit akibat tumor otaknya selama tiga bulan. Sebagai gantinya Dong-kyung harus benar-benar membuat permohonan agar dunia hancur. Kalau melanggar kontrak, salah satu orang yang dicintai Dong-kyung akan mati. Dan orang yang benar-benar dicintai Dong-kyung hanya ada tiga orang: bibi, adik, dan sahabatnya.
Tidak mau salah satu dari ketiga orang yang disayanginya itu jadi tumbal, Dong-kyung mulai berpikir licik untuk mencintai Myulmang saja. Kan kalau dia melanggar kontrak yang bakal mati si Myulmang. Selesai. Beres.
Tapi bagaimana jika ternyata nantinya orang yang paling dicintai Dong-kyung adalah Myulmang, alih-alih bibi, adik, dan sahabatnya?
Nah lho....Penasaran? Silakan nonton sendiri. Hehehe....yang jelas dramanya happy ending. Tuhan benar-benar ngasi Dong-kyung kebahagiaan.
Setidaknya ada empat kutipan dialog yang saya suka dari drama ini. Dialog ini sejenak membuat saya terdiam, lalu tersenyum penuh arti.
Pertama saat Myulmang menarik tangan Dong-kyung untuk menerobos hujan. Saat itu Dong-kyung tak mau beranjak pergi karena hanya dirinya yang tidak membawa payung.
"Lihat. Hujan bukan masalah besar. Meski hanya kamu yang tidak punya payung, tidak apa-apa. Biarkan dirimu kebasahan dan larilah." Aww...so meaningful.
Kedua saat Dong-kyung membatin apakah semua yang dialami dalam hidupnya adalah penderitaan atau justru kebahagiaan.
"Kadang penderitaan dan keberuntungan datang dengan wajah yang sama. Aku sulit membedakannya."
Terus ketiga saat Dong-kyung menemui Dewa Dora yang menciptakan Myulmang. Namanya bukan Dora, sih tapi karena potongan rambutnya mirip Dora yah penonton juluki Dewa Dora. Ia protes kenapa hidupnya dan Myulmang harus menderita? Apa tidak ada cara lain agar mereka bahagia?
Dewa Dora menjawab: "Bagaimana kamu dengan mudah mendapatkan keinginanmu? Kamu akan tahu bahwa kehidupan seperti itu tidak ada artinya".
Yes. Hidup yang penuh liku-liku lebih greget ketimbang yang hidupnya mulus terus kayak jalan tol. Bener gak sih? Bener lah, masa gak.
Terakhir. "Kematian tidak ada artinya. Yang menakutkan adalah tidak hidup sebaik mungkin.
Nah ini intinya. Penulis ngajak kita untuk hidup bahagia. Kan hidup hanya sekali. Jadi mari hidup dengan bahagia.
Suka dengar kan orang bilang, hidup tidak usah terlalu banyak pikiran, yang penting kita bahagia. Itu ada benarnya. Jangan sampai kita tidak bahagia sewaktu hidup di dunia, di akhirat juga tidak bahagia. Kan bagus kalau hidup bahagia dunia akhirat.
Jadi, walaupun tidak semudah membalikkan telapak tangan, tapi mari tetap mencoba untuk hidup bahagia, apa pun keadaan kita.
Kalau kita merasa hidup terlalu sulit. Coba ingatlah dalam sehari 1x24 jam itu, pasti ada momen yang membuat kita tersenyum. Meski itu hanya hal-hal kecil. (*)