Kim Seon Ho & Shin Min Ah. Dok: Netflix |
Semua karakter di drama ini punya cerita tersendiri yang membuat mereka saling terhubung, saling membutuhkan, dan tentu saling menyembuhkan dengan caranya masing-masing.
Hong Du-sik yang kelihatannya sempurna, serba bisa, murah senyum, periang, suka menebar vibes positif ke orang-orang di sekitarnya, ternyata menyimpan luka. Parahnya luka itu ia tutup rapat-rapat dan tak membiarkan siapa pun mengetahuinya.
Yoon Hye-jin, yang memiliki kehidupan mapan sebagai dokter gigi, ternyata pernah diabaikan oleh ayahnya sendiri setelah ibunya meninggal. Ia berjuang sendiri membiayai kuliahnya. Mengajar les sana-sini. Bahkan saat lapar, ia hanya makan sosis.
Warga Desa Gongjin. Dok: tvN |
Hwa-jeong yang terkesan dewasa dan selalu berpikir positif ternyata juga menyimpan luka dan penyesalan. Ia terluka dengan perkataan mantan suaminya yang menikahinya karena kasihan, tapi ia lebih menyesal tak berbicara baik-baik dengan suaminya dan malah meminta bercerai. Alasan bercerainya pun simple. Kebiasaan suaminya yang tak mau membalik kaos kaki.
Oh Chun-jae yang terlihat selalu ceria harus berjuang sendiri membesarkan putrinya. Ia bahkan merelakan mimpinya menjadi penyanyi karena uangnya yang harusnya digunakan untuk merilis album, justru dibawa kabur orang lain.
Jo Nam-suk yang begitu menyebalkan karena doyan bergosip, ternyata bertahun-tahun berjuang keluar dari depresi akibat kehilangan putrinya.
Ham Yun-gyeong alias ibunya Bora yang kehidupannya terlihat bahagia bersama keluarga kecilnya, ternyata mengalami kesulitan karena menikah muda. Suaminya terkadang tak memahami kesusahannya membesarkan anak mereka.
Choi Eun-cheol, Pak Polisi tampan kebanggan Gongjin terang-terangan mengakui bahwa dirinya memang lamban dalam segala hal. Tak hanya soal cinta, ia bahkan membutuhkan waktu lima tahun untuk bisa menjadi polisi.
Bu Guru Cho-hui, hidup dalam bayang-bayang ketakutan akan dimasukkan ke rumah sakit jiwa oleh kakaknya karena orientasi seksualnya yang menyukai sesama jenis.
Pyo Mi-seon, sahabat Hye-jin yang merasa ada yang salah sama hidupnya karena selalu bertemu laki-laki jahat. Terakhir ada Ji PD, yang bertahun-tahun menyesal karena tak mengungkapkan perasaannya pada Hye-jin. Penyesalan itu membuatnya menutup hati, hingga tak bisa melihat cinta lain yang begitu dekat dengan dirinya.
Still cut Hometown Cha-Cha-Cha. Dok: tvN |
"Hidup tak selalu adil bagi semua orang. Ada orang yang jalannya penuh lubang dan tak mulus. Ada juga orang yang berlari sekuat tenaga, namun menemui jurang di ujung jalannya."
Bisa saja mereka yang kita lihat selalu ceria sebenarnya yang paling terluka. Bisa saja mereka yang kelihatan tegar, sebenarnya yang paling rapuh. Mereka hanya berusaha tak menunjukkannya. Membandingkan hidup kita dengan hidup orang lain adalah sifat kekanak-kanakan.
Kemudian warga Gongjin yang saling menguatkan--baik dengan kata-kata yang menenangkan maupun dengan tindakan nyata--membuat drama ini terasa makin hangat.
Alih-alih bertanya apa yang menimpa Du-sik hingga pulang ke Gongjin dengan ekspresi menyedihkan, warga desa justru melimpahinya dengan kasih sayang. Setiap tahun mereka selalu memperingati kematian kakek Du-sik dan juga merayakan ulang tahun Du-sik.
Still cut Hometown Cha-Cha-Cha. Dok: tvN |
Ketika mereka saling menasehati dan mengingatkan, kata-katanya itu bukan menggurui panjang kali lebar, tapi kalimat singkat penuh arti yang langsung menembus ke relung jiwa.
Ketika Du-sik denial sama perasaannya pada Hye-jin, Nenek Gam-ri berada di barisan depan menasehati Du-sik bahwa hidup yang kita pikir akan lama ini, sebenarnya singkat, jangan menyia-nyiakannya dengan tak jujur pada perasaan sendiri. Du-sik tak berkutik dan akhirnya mengakui perasaannya pada Hye-jin.
Juga ketika hubungan Du-sik dan Hye-jin renggang, Nenek Gam-ri kembali menasehati Du-sik bahwa sudah saatnya Du-sik memikirkan kebahagiaannya sendiri. Jangan hanya memikirkan kebahagiaan orang lain, tapi abai sama kebahagiaan diri sendiri. Kata-kata itu memberi Du-sik sedikit kekuatan untuk membuka masa lalunya--yang berarti mengorek lukanya-- karena ia juga ingin bahagia.
Still cut Hometown Cha-Cha-Cha. Dok: tvN |
Kata-kata itu membuat Hye-jin tersadar. Ia menahan egonya dan memberi waktu pada Du-sik untuk terbuka pada dirinya.
Ingat juga ketika ayah Hye-jin curhat pada Du-sik bahwa ia menyesal karena membiarkan putrinya tumbuh tanpa cinta kasih. Du-sik justru membesarkan hati ayah Hye-jin. Du-sik bilang Hye-jin sudah tumbuh dengan penuh kasih sayang. Jika tidak, ia tak akan memberikan cinta kasih kepada orang-orang di sekitarnya.
Yup. Hye-jin yang awalnya terkena culture shock ketika kali pertama datang ke Gongjin perlahan membaur dengan warga desa dan menunjukkan bahwa ia juga orang yang hangat dan penuh kasih. Ia mendatangi Nenek Gam-ri yang tak mau memasang implan. Ia juga menolong Nam-suk yang hendak kena tipu. Ia bahkan tak peduli klinik yang baru dirintisnya hancur asal pelaku pelecehan seksual yang menimpa Mi-seon bisa dipenjara.
Baca juga: Persaingan Rating Drakor Akhir Pekan + Saya Iri Weekend Warga Korea Ditemani Drama Berkualitas
Drama ini juga mengajarkan kita untuk mengutamakan komunikasi dalam keluarga karena keluarga tanpa komunikasi hanyalah orang asing. Itulah yang terjadi pada Hwa-jeong dan suaminya. Ibu Bora dan suaminya. Juga Hye-jin dan ayahnya. Mereka enggan berkomunikasi dan berharap keadaan akan membaik dengan sendirinya. Namun bukannya membaik, justru menimbulkan bom waktu yang bisa meledak kapan saja.
Still cut Hometown Cha-Cha-Cha. Dok. tvN |
Du-sik misalnya. Ia menyalahkan dirinya sendiri sebagai penyebab kematian orang-orang yang dikasihinya. Ia trauma hanya karena satu perkataan yang menghakiminya bahwa ia pembawa sial. Bahwa ia yang harusnya meninggal.
Andai ia membuka diri lebih awal, tentu traumanya itu perlahan akan membaik, walaupun tidak semudah membalikkan telapak tangan. Saya yakin warga Gongjin, Ji PD, dan Do-ha akan membantu Du-sik menyembuhkan traumanya dan ia bisa hidup bahagia seperti keinginannya.
Akhhh... rasanya tak ingin berpisah dengan warga Gongjin 😢 (jw)