Setiap selesai menonton drama Korea alias drakor, saya punya kebiasaan mention akun Instagram stasiun TV-nya—atau IG aktor/aktrisnya. Hanya ingin mengucapkan terima kasih atas kerja keras mereka memproduksi sebuah drama.
Pesannya sampai atau tidak, itu urusan lain, yang penting saya benar-benar berterima kasih pada mereka: para pemain, staf, sutradara, dan penulis skenario.
Bagi saya, drakor bukan hanya sekadar drama, tapi lebih dari itu. Drakor adalah healing. Sebuah penyembuhan. Setiap nonton drakor berasa dapat energi positif untuk menjalani hari-hari yang mulai terasa berat ini. Apalagi di tengah pandemi—ditambah saldo ATM yang terus menuju titik terendahnya—drakor menjelma menjadi hormon dopamin yang menghalau stres dan depresi.
Terkadang nonton drakor itu seperti lagi meringkuk kedinginan tiba-tiba ada yang menyelimuti. Hangat. Kadang juga nonton drakor itu seperti berdiri di tengah terik tiba-tiba ada yang memayungi. Bikin adem.
That’s why, saya lebih antusias ngetik panjang lebar soal drama yang tengah saya nonton, mereview, membedah karakter tokohnya, mengumpulkan quote-quote penyemangat, lalu dibagikan ke media sosial, ketimbang berbagi soal kehidupan pribadi.
Soalnya memang gak ada yang spesial dalam hidup saya. Ditambah kehidupan saya konsepnya misterius, jadi tidak mudah diumbar. Hehehe....
Follower saya di Instagram—ya Allah saya berasa selebgram yang punya jutaaan follower, padahal cuma berapa biji—pasti sudah paham dengan kebiasaan saya. Dan saya yakin mereka juga sudah lelah tiap hari melihat story IG saya yang tidak jauh dari kekoreaan.
Tujuan saya cuma satu. Berharap vibes positif yang saya dapat dari drakor bisa menular ke mereka.
Jika ada yang berpikir drakor hanya identik dengan kaum hawa karena ceritanya yang menye-menye soal cinta ala Cinderella, sebaiknya ubah pola pikir itu. Sekarang sudah 2021. Drama Korea juga sudah mulai berubah mengikuti tuntutan zaman.
Temanya mulai beragam. Tinggal kalian pilih mau nonton yang mana. Psikopat hingga pelakor. Penjual rumah hantu hingga penangkap roh jahat. Pemusnah mutan hingga pemburu zombie. Kisah cinta manusia dan gumiho atau kisah cinta manusia dan dewa kehancuran.
Oh, ya menonton tayangan yang kita sukai, termasuk drakor ternyata bisa membantu memproduksi hormon bahagia bernama dopamin. Menurut psikolog, jika tubuh kita memproduksi hormon ini dalam jumlah cukup, akan ada rasa bahagia sehingga terhindar dari depresi dan stres. Tapi kalau produksi hormon ini kebanyakan, kita jadi terobsesi sama sesuatu atau seseorang.
Tapi tetap, yah nonton drakor gak bakal bisa lunasin cicilan, atau menambah saldo ATM. Tapi setidaknya drakor bisa menjadi pemanis dalam hidup walaupun hidup tidak seindah drama Korea. (jw)